Wednesday, July 12, 2006
BAGI Anda yang berasal dari daerah Sulawesi pasti Anda sudah mengenal Suku Bugis, tetapi bagi Anda yang berasal daerah lain apakah Anda mengetahui bahwa suku Bugis atau rumpun Bugis itu tidak hanya ada satu suku melainkan 14 suku rumpun Bugis. Suku-suku tersebut antara lain, Suku Bentong, Bugis, Campalagian, Duri, Enrekang, Konjo Pagunungan, Konjo Pesisir, Luwu, Maiwa, Suku Makassar, Mamuju, Mandar, Pannei dan Ulumanda.
Suku Bentong terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, dengan populasi 25.000 jiwa, sementara suku Camaplagian terletak di Propinsi Sulawesi Selatan dengan populasi jiwa 30.000 jiwa, sementara suku Duri masih terletak di propinsi yang sama dengan populasi sebanyak 475 jiwa. Untuk suku Enrekang, masih di propinsi yang sama memiliki populasi 50.000 jiwa. Suku Konjo Pegunungan terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, dengan populasi sebanyak 150.000 jiwa, untuk Konjo Pesisir jumlah populasi sebanyak 125.000 jiwa, sementara suku Luwu, mimiliki populasi 38.000 jiwa suku Maiwa memiliki pupulasi 50.000 jiwa, Suku Makassar memiliki populasi 2.240.000 jiwa, suku Mamuju berpopulasi 60.000 jiwa, suka Mandar berpopulasi 250.000 jiwa, suku Pannei berpopulasi 250.000 jiwa, suku Pannei memiliki 10.000 huwa dab suku Ulumanda memiliki 31.000 populasi,sementara suku Bugis sendiri yang masih terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki populasi paling besar yaitu 3.800.000 jiwa.
Kebanyakan masyarakat dari Suku Bugis beragama Islam. Dari aspek budaya, suku bugis memiliki bahasa sendiri yang dikenal dengan sebutan `Bahasa Ugi`, yang memiliki tulisan huruf Bugis, yang diucapkan dengan bahasa Bugis sendiri. Huruf ini sudah ada sejak abad ke-12, ketika melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.
Suku Bugis ini suku yang gemar merantau. Jangan terkejut kalau mereka ada di propinsi maluku di Indonesia, baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan sampai ke Manca Negara, dalam hal ini Afrika Selatan.
Mungkin itu salah satu sebabnya mereka dikait-kaitkan dengan perahu pinisi, armada pelayaran rakyat, mungkin itu diambil dari salah satu kota yang pernah mereka singgahi, dalam hal ini negara Italia, dengan kotanya Venice. Suku Bugis biasanya mengabadikan nama-nama tempat yang penuh kenangan atau mempunyai kesan istimewa pada perahunya, mereka juga mengidentikan perahunya dengan sejenis ikan yang berenang sangat cepat di laut lepas. Berharap perahunya dapat berjalan/berlari secepat ikan tersebut sehingga banyak pula dari mereka yang menamakan perahunya dengan nama `Pinisi Palari`.
Salah satu kota di luar pulau Sulawesi yang dibangun oleh suku bugis adalah kota Samarinda. Daerah Samarinda terbentuk tatkala sekelompok suku Bugis dari Kerajaan Gowa datang ke Kalimantan Timur untuk mengabdikan diri pada Raja Kutai karena menentang perjanjian Bongaya dan Belanda. Kerajaan Kutai menerima kelompok penentang ini karena diperlukan untuk membantu kerajaan Kutai menentang Belanda. Mereka diijinkan bermukim di hilir Sungai Mahakam, yaitu di Samarinda Seberang, waktu kejadiannya diperkirakan pada tahun 1668.
Ada juga seorang professor yang memiliki teori yang menarik, yang mengatakan bahwa suku bugis berasal dari daerah Lampung, yang terdampar di Gowa (Sulawesi Selatan), setelah mereka lari karena diserang oleh musuh yang menurutnya datang dari India.
Suku Bugis dikenal sebagai masyarakat nelayan, mereka mencari kehidupannya dari laut, mereka mempertahankan hidup dari laut. Jadi sebagian besar masyarakat mereka adalah pelaut, jadi lagu `Nenek Moyangku Seorang Pelaut` cocok untuk mereka.
sumber : Rileks.com
Suku Bentong terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, dengan populasi 25.000 jiwa, sementara suku Camaplagian terletak di Propinsi Sulawesi Selatan dengan populasi jiwa 30.000 jiwa, sementara suku Duri masih terletak di propinsi yang sama dengan populasi sebanyak 475 jiwa. Untuk suku Enrekang, masih di propinsi yang sama memiliki populasi 50.000 jiwa. Suku Konjo Pegunungan terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, dengan populasi sebanyak 150.000 jiwa, untuk Konjo Pesisir jumlah populasi sebanyak 125.000 jiwa, sementara suku Luwu, mimiliki populasi 38.000 jiwa suku Maiwa memiliki pupulasi 50.000 jiwa, Suku Makassar memiliki populasi 2.240.000 jiwa, suku Mamuju berpopulasi 60.000 jiwa, suka Mandar berpopulasi 250.000 jiwa, suku Pannei berpopulasi 250.000 jiwa, suku Pannei memiliki 10.000 huwa dab suku Ulumanda memiliki 31.000 populasi,sementara suku Bugis sendiri yang masih terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki populasi paling besar yaitu 3.800.000 jiwa.
Kebanyakan masyarakat dari Suku Bugis beragama Islam. Dari aspek budaya, suku bugis memiliki bahasa sendiri yang dikenal dengan sebutan `Bahasa Ugi`, yang memiliki tulisan huruf Bugis, yang diucapkan dengan bahasa Bugis sendiri. Huruf ini sudah ada sejak abad ke-12, ketika melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.
Suku Bugis ini suku yang gemar merantau. Jangan terkejut kalau mereka ada di propinsi maluku di Indonesia, baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan sampai ke Manca Negara, dalam hal ini Afrika Selatan.
Mungkin itu salah satu sebabnya mereka dikait-kaitkan dengan perahu pinisi, armada pelayaran rakyat, mungkin itu diambil dari salah satu kota yang pernah mereka singgahi, dalam hal ini negara Italia, dengan kotanya Venice. Suku Bugis biasanya mengabadikan nama-nama tempat yang penuh kenangan atau mempunyai kesan istimewa pada perahunya, mereka juga mengidentikan perahunya dengan sejenis ikan yang berenang sangat cepat di laut lepas. Berharap perahunya dapat berjalan/berlari secepat ikan tersebut sehingga banyak pula dari mereka yang menamakan perahunya dengan nama `Pinisi Palari`.
Salah satu kota di luar pulau Sulawesi yang dibangun oleh suku bugis adalah kota Samarinda. Daerah Samarinda terbentuk tatkala sekelompok suku Bugis dari Kerajaan Gowa datang ke Kalimantan Timur untuk mengabdikan diri pada Raja Kutai karena menentang perjanjian Bongaya dan Belanda. Kerajaan Kutai menerima kelompok penentang ini karena diperlukan untuk membantu kerajaan Kutai menentang Belanda. Mereka diijinkan bermukim di hilir Sungai Mahakam, yaitu di Samarinda Seberang, waktu kejadiannya diperkirakan pada tahun 1668.
Ada juga seorang professor yang memiliki teori yang menarik, yang mengatakan bahwa suku bugis berasal dari daerah Lampung, yang terdampar di Gowa (Sulawesi Selatan), setelah mereka lari karena diserang oleh musuh yang menurutnya datang dari India.
Suku Bugis dikenal sebagai masyarakat nelayan, mereka mencari kehidupannya dari laut, mereka mempertahankan hidup dari laut. Jadi sebagian besar masyarakat mereka adalah pelaut, jadi lagu `Nenek Moyangku Seorang Pelaut` cocok untuk mereka.
sumber : Rileks.com
karena saya bekerja di lingkungan Bugis Asli. Artikel ini sangat membantu saya. Terima kasih